Sampit (5/10) – Untuk anda yang suka berpetualang dan menjelajah tempat baru, pasti akan menyukai perjalanan kali ini. Kami akan mengajak anda menuju ke Kecamatan Pulau Hanaut. Kecamatan ini ada di wilayah Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Indonesia.Bagian utaranya berbatasan dengan Kecamatan Seranau, bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Kecamatan Teluk Sampit, bagian Timur berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Katingan. Di bagian selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Luas wilayah kecamatan Pulau Hanaut adalah 630 km persegi. Ibu Kota Kecamatan terletak di Desa Bapinang Hulu. Ada 14 desa di kecamatan ini yaitu Satiruk, Bapinang Hilir Laut, Bapinang Hilir, Bapinang Hulu, Markarti Jaya, Rawa Sari, Babirah, Hanaut, Serambut, Babaung, Bantian, Hantipan, Penyaguan dan Bamadu.Pembangunan infrastruktur Kotim harus terus ditingkatkan. Terutama pembangunan jalan dan jembatan untuk membuka keterisoliran jalan darat menuju Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut. Di bawah kepemimpinan Ir.H. Eddy Mashami, M.M selaku Camat Pulau Hanaut, kecamatan ini terus berbenah dan berupayanya muncul kepermukan melalui jalur wisata. ?kami berharap akses jalan ke kecamatan ini segera bisa terealisasi, agar lebih banyak lagi yang mengunjungi tempat kami, terutama objek wisata pantai Satiruk ini? ujar beliau. Harapan ini terucap saat beliau bersedia menjadi pimpinan petualangan kami ke arah selatanNah inilah tujuan kita, ke pantai. Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batasan antara daratan dan perairan laut. Karena berbatasan langsung dengan laut jawa, desa Satiruk tentu saja mempunyai pantai yang indah. Di tempat ini tersaji pemandangan alam yang membuat kita semakin bersyukur dengan nikmat Tuhan.Sementara ini untuk menuju desa tersebut hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai. Dari kota Sampit, melewati jalur darat hanya bisa sampai Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (Samuda). Untuk sampai kesana dilanjutkan dengan tranportasi air dan harus rela bermain-main dengan aliran sungai Mentaya. Untuk sampai di sana, perlu waktu 45 menit sampai 1,5 jam perjalanan. Lamanya perjalanan tergantung jenis alat transportasi air apa yang anda gunakan. Dari kecamatan Teluk Sampit juga bisa, tapi tetap harus menyeberang dengan transportasi air.Menyusuri Sungai Mentaya sangat menyenangkan. Sepanjang perjalanan, kita akan menemukan pemandangan yang alami dan khas kehidupan tepi sungai. Beberapa kali kami melihat hewan yang di lindungi bergelantungan. Primata berhidung panjang ini habitat aslinya di rawa-rawa, hutan pantai dan hutan bakau. Bekantan (Nasalis Larvatus) itulah nama hewan yang hidup ini, biasanya hidup berkelompok dengan jumlah 10-30 ekor.Semakin mendekati Desa Santiruk, panorama alamnya semakin indah dan asri. Hutan mangrove (bakau) turut mewarnai keasrian tepi sungai, artinya tujuan kita sudah dekat. Sebelum menuju pantai, kami bersandar di dermaga desa kemudian meneliti jalan desa menuju pantai. Lumayan jauh jalan yang ditempuh.Woow, ini dia pantainya. Hamparan pasir putih terbentang luas, menjadi batas pertemuan lautan dan daratan. Ombak di lautan yang bergulung menuju daratan, pecah di tepian pantai. Dedaunan pohon kelapa dan cemara ikut bergoyang mengikuti suara deburan ombak dan hembusan angin sepoi sepoi. Pantai Satiruk, begitulah namanya.Air dipantai ini berpadu warna, ada coklat, putih dan kebiruan karena sudah mendekati lautan. Di tambah lagi warna biru dari langit, dan hijau dedaunan cemara. Beberapa perahu nelayan yang tertambat ditepi pantai melengkapi lukisan yang Maha Kuasa akan indahnya pantai ini.Ada yang unik dipantai ini. Banyak yang berjemur ditempat ini. Saat mentari bersinar di pagi hari, puluhan rombongan sapi menuju ke pantai mereka berjemur ala-ala wisatawan yang menikmati matahari dipagi hari. ?Mun pagi buhannya tulak kepantai rami inya berbaris bejamur disana. Sampai siang jam 10 atau jam 11 tu bulikan am lagi?,ujar mang udin warga setempat. Begitulah menurut keterangan warga setempat Satiruk. Mungkin karena kami tiba disana saat hari mulai siang, jadi hanya tersisa beberapa ekor sapi saja yang berjemur.Belum puas kami menikmati keindahan pantai Satiruk, ajakan dari Sekcam Pulau Hanaut untuk melanjutkan perjalanan ke Dusun Cemeti menarik perhatian kami. ?Kalau sudah menginjakan kaki di Satiruk, belum afdol kalo tidak sampai ke Cemeti. Disana pantainya juga indah,? ujar Ady Candra dengan senyum khasnya. Baiklah perjalanan dilanjutkan. Mari kita bermain-main dengan gelombang.Cemeti, kami datang. Untuk anda yang belum pernah kesini, sebaiknya berangkat dengan perangkat desa atau warga yang sudah mengenal dan paham medan juang tempat ini. Karena gelombang ke arah sana mulai aduhai. Dusun Cemeti bagian dari desa Satiruk. Penduduk di dusun Cemeti tidak sampai 100 orang. Pantainya sungguh alami. Saatnya bersantai di pantai. Melepas lelah sejenak, menikmati semilir angin dan melepaskan pandangan ke laut lepas.Hari menjelang sore, saatnya pulang. Harus rela melewatkan kesempatan melihat mentari kembali keperaduan dari tepian pantai. Karena semakin sore semakin sulit untuk menaklukan sang gelombang. Perjalanan satu hari menyusuri sungai Mentaya hingga ke muara, berlabuh di dua pantai yang sangat indah dengan perjuangan bercanda dengan gelombang. Ini benar-benar petualangan yang tak terlupatakn. (Sumber: Habaring Hurung Edisi XIV).